Profil Desa Kentengsari

Ketahui informasi secara rinci Desa Kentengsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kentengsari

Tentang Kami

Profil Desa Kentengsari, Windusari, Magelang, per 24 September 2025. Mengupas perannya sebagai sentra peternakan sapi perah dan pelopor sistem pertanian terintegrasi antara ternak dan tanaman yang berkelanjutan di lereng Gunung Sumbing.

  • Sentra Peternakan Sapi Perah

    Kentengsari merupakan pusat utama peternakan sapi perah di Kecamatan Windusari, yang menyediakan pendapatan harian yang stabil bagi ratusan keluarga peternak.

  • Pelopor Sistem Pertanian Terintegrasi

    Desa ini menjadi model percontohan sistem pertanian terintegrasi (zero waste farming), di mana limbah ternak diolah menjadi pupuk organik berkualitas untuk menyuburkan lahan pertanian.

  • Kekuatan Ekonomi Berbasis Koperasi

    Keberhasilan peternakan sapi perah di desa ini sangat ditopang oleh peran vital koperasi sebagai pusat pengumpulan susu, penjaminan kualitas dan penyedia sarana produksi bagi para anggotanya.

XM Broker

Berbeda dengan desa-desa tetangganya di Kecamatan Windusari yang identik dengan aroma tembakau atau hamparan sayuran, udara pagi di Desa Kentengsari justru dipenuhi aroma rerumputan segar dan hiruk pikuk aktivitas peternakan. Desa yang terletak di ketinggian lereng Gunung Sumbing ini telah memantapkan dirinya sebagai sentra sapi perah, membangun sebuah ekosistem ekonomi yang unik dan tangguh melalui model pertanian terintegrasi, di mana ternak dan tanaman saling menghidupi dalam sebuah siklus berkelanjutan yang mengagumkan.

Geografi Ideal untuk Peternakan Dataran Tinggi

Kondisi geografis Desa Kentengsari sangat mendukung pengembangan peternakan sapi perah. Berada di ketinggian dengan iklim yang sejuk dan bebas dari polusi, lingkungan ini sangat ideal untuk kesehatan dan produktivitas sapi perah jenis Friesian Holstein (FH) yang banyak dipelihara warga. Ketersediaan lahan yang luas juga memungkinkan para peternak untuk membudidayakan tanaman pakan ternak berkualitas, seperti rumput gajah (odot) dan kaliandra.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Kentengsari memiliki luas wilayah sekitar 390 hektare. Wilayah ini dihuni oleh sekitar 4.600 jiwa, yang sebagian besar di antaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu sebagai petani sekaligus peternak. Secara administratif, Desa Kentengsari berbatasan dengan Desa Pasangsari di sebelah utara, Desa Genito di sebelah timur, Kecamatan Kaliangkrik di sebelah selatan, dan Desa Dampit di sebelah barat.

Peternakan Sapi Perah Sebagai Tulang Punggung Ekonomi

Jika di desa lain pendapatan utama bersifat musiman mengikuti siklus panen, maka di Kentengsari, roda ekonomi berputar setiap hari. Peternakan sapi perah menjadi tulang punggung utama yang memberikan pendapatan harian (daily income) yang stabil bagi ratusan keluarga. Ritme kehidupan di desa ini sangat teratur, dimulai sejak dini hari saat para peternak mulai membersihkan kandang dan memerah susu. Susu segar yang dihasilkan kemudian langsung disetorkan ke pos-pos pengumpulan yang dikelola oleh koperasi.

Pendapatan harian ini memberikan ketahanan ekonomi yang sangat baik bagi masyarakat. Mereka tidak perlu menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan hasil, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan lebih terencana. Hampir setiap rumah di Desa Kentengsari memiliki beberapa ekor sapi perah di halaman belakang mereka, menandakan bahwa peternakan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan sosial mereka.

Sistem Pertanian Terintegrasi: Siklus Emas dari Ternak ke Tanaman

Keunggulan sejati Desa Kentengsari terletak pada penerapan Sistem Pertanian Terintegrasi (SPT) atau yang sering disebut zero waste farming. Dalam sistem ini, tidak ada sumber daya yang terbuang. Kotoran ternak, yang di tempat lain bisa menjadi limbah pencemar, di Kentengsari diolah menjadi "emas hitam" yang sangat berharga.

Siklus ini berjalan secara sinergis: para petani menanam pakan ternak atau memanfaatkan sisa hasil panen sayuran untuk pakan sapi. Sapi menghasilkan susu sebagai produk utama dan kotoran sebagai produk sampingan. Kotoran ini kemudian difermentasi dan diolah menjadi pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair. Pupuk berkualitas tinggi inilah yang digunakan untuk menyuburkan kembali lahan pertanian mereka, mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan pada pupuk kimia. Sebagian pupuk organik yang berlebih juga dijual ke desa-desa tetangga, seperti Kembangkuning yang merupakan sentra sayuran organik, menciptakan sebuah hubungan ekonomi antardesa yang saling menguntungkan.

Peran Vital Koperasi Peternak

Di balik kesuksesan setiap peternak skala kecil, terdapat peran vital dari Koperasi Unit Desa (KUD) atau koperasi peternak setempat. Koperasi ini berfungsi sebagai urat nadi yang menghubungkan para peternak individu ke dalam sebuah sistem industri yang lebih besar.

Fungsi utama koperasi adalah sebagai penampung dan penjamin kualitas susu. Setiap hari, susu dari ratusan peternak dikumpulkan, diuji kualitasnya (kadar lemak, total solid, dll), lalu disalurkan secara kolektif ke Industri Pengolahan Susu (IPS) besar. Selain itu, koperasi juga menyediakan sarana produksi ternak (sapronak) seperti konsentrat pakan dengan harga yang lebih terjangkau, layanan inseminasi buatan untuk perbaikan genetik sapi, serta layanan kesehatan hewan. Tanpa adanya koperasi yang solid, mustahil bagi peternak kecil untuk dapat bertahan dan berkembang.

Potensi UMKM Olahan Susu

Meskipun saat ini sebagian besar susu dijual dalam bentuk segar, potensi pengembangan industri hilir di Desa Kentengsari sangat besar. Beberapa warga, terutama dari kalangan ibu-ibu, telah mulai merintis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mengolah susu menjadi produk bernilai tambah. Produk-produk seperti yogurt, kefir, keju segar (fresh cheese), kerupuk susu, dan permen susu (dodol susu) mulai diproduksi dalam skala kecil. Inisiatif ini merupakan langkah awal yang menjanjikan untuk meningkatkan nilai ekonomi susu dan menciptakan lapangan kerja baru di luar sektor peternakan itu sendiri.

Kehidupan Sosial Komunitas Peternak

Komunitas peternak di Desa Kentengsari terbangun di atas fondasi disiplin, rutinitas, dan kerja sama. Merawat ternak menuntut komitmen setiap hari tanpa mengenal hari libur, yang membentuk etos kerja yang kuat. Koperasi tidak hanya menjadi lembaga ekonomi, tetapi juga menjadi pusat interaksi sosial, tempat para peternak bertukar informasi, berbagi pengalaman, dan menyelesaikan masalah bersama. Solidaritas di antara mereka sangat tinggi, terutama saat ada ternak yang sakit atau saat menghadapi fluktuasi harga susu.

Tantangan dan Visi Menjadi Desa Agribisnis Peternakan Modern

Tantangan utama yang dihadapi adalah ketergantungan pada harga jual susu yang ditentukan oleh industri besar, yang terkadang tidak berpihak pada peternak. Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) juga menjadi ancaman laten yang dapat merugikan peternak secara signifikan. Selain itu, regenerasi peternak menjadi isu penting, di mana generasi muda perlu diyakinkan bahwa beternak sapi perah adalah profesi yang modern dan menjanjikan.

Visi masa depan Desa Kentengsari adalah menjadi sebuah pusat agribisnis peternakan yang modern dan terpadu. Peluangnya terletak pada penguatan merek "Susu Segar Lereng Sumbing" yang menonjolkan keunggulan geografisnya. Visi ini juga mencakup pengembangan UMKM olahan susu secara lebih serius melalui pembinaan dan fasilitasi dari pemerintah desa atau BUMDes. Desa Kentengsari juga sangat potensial untuk menjadi destinasi "Wisata Edukasi Peternakan," di mana pengunjung dapat melihat langsung proses pemerahan, belajar tentang sistem pertanian terintegrasi, dan mencicipi produk olahan susu yang segar.

Penutup

Desa Kentengsari adalah teladan luar biasa dari sebuah desa yang berhasil membangun sistem ekonomi yang tangguh, mandiri, dan berkelanjutan. Dengan mengubah limbah menjadi berkah dan menyatukan kekuatan individu melalui koperasi, masyarakat Kentengsari telah membuktikan bahwa peternakan skala rakyat dapat menjadi fondasi kesejahteraan yang kokoh. Kisah mereka adalah tentang bagaimana kerja keras, inovasi, dan kebersamaan dapat mengubah desa di lereng gunung menjadi sumber aliran susu dan inspirasi yang tak pernah berhenti.